Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah jenis pembangkit listrik tertua yang masih digunakan hingga saat ini. PLTU memanfaatkan panas dari uap air untuk menggerakkan turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
Pada awalnya, PLTU menggunakan bahan bakar kayu untuk menghasilkan panas. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, bahan bakar yang digunakan untuk PLTU pun semakin beragam, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam.
PLTU pertama kali ditemukan oleh James Watt pada tahun 1776 di Inggris. Watt adalah seorang penemu yang berhasil mengembangkan mesin uap menjadi lebih efisien. Mesin uap Watt kemudian digunakan untuk menggerakkan berbagai mesin industri, termasuk PLTU.
PLTU pertama di Indonesia dibangun pada tahun 1897 di Batavia (sekarang Jakarta). Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar batu bara dan memiliki kapasitas 100 kilowatt.
Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, jumlah PLTU pun semakin meningkat. Pada tahun 1960-an, Indonesia mulai membangun PLTU berbahan bakar minyak bumi. Pada tahun 1970-an, Indonesia mulai membangun PLTU berbahan bakar gas alam.
PLTU saat ini merupakan sumber listrik terbesar di Indonesia. Pada tahun 2020, PLTU menyumbang sekitar 54% dari total produksi listrik di Indonesia.
Berikut adalah tabel grafis PLTU di Indonesia berdasarkan lokasi, kapasitas, dan tahun dibangun:
PLTU memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
- Dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar
- Biaya operasi yang relatif murah
- Dapat beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu
Namun, PLTU juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
- Menghasilkan emisi gas buang yang dapat menyebabkan polusi udara
- Membutuhkan lahan yang luas
- Membutuhkan pasokan bahan bakar yang besar
Meskipun memiliki beberapa kekurangan, PLTU tetap menjadi salah satu sumber listrik utama di Indonesia. Hal ini karena PLTU memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh jenis pembangkit listrik lainnya.
Image by wirestock on Freepik