Pada kompetisi Liga 1 kali ini, semua tim melakukan persiapan sangat maksimal, diawali Persib yang mendatangkan marque player, lalu tim lain pun berbondong-bondong melakukan hal yang sama. Karena tim Persib yang dijadikan tag line tim Indonesia yang sukses mendatangkan Cole dan Essien, Tim lain, fokus untuk bisa menjatuhkan Persib yang memiliki gairah besar untuk mendapatkan tropi.
Setelah berjalan, semua tim sama-sama mengalami kesulitan, atau menemukan ritme yang pas, karena reguliasi pemain U-22 yang diharuskan mendapat jatah minimal 45 menit, pada semua pertandingan, termasuk Persib. Djajang sebenarnya bisa saja memaksimalkan tim tanpa regulasi tersebut, namun apa mau dikata, demi meningkatkan sepakbola Indonesia, semua tim harus berkorban, dan putar strategi.
Marque player Liga 1 sebetulnya semua sama, pemain bintang yang sulit menemukan performa bermain di level tingginya kembali, begitu juga Cole dan Essien, faktor fisik pun sering dibicarakan oleh tim pelatih, jika Cole dan Essien belum berhasil meningkatkan kebugarannya untuk bisa bermain selama 90 menit.
Setelah Persib mulai tergelincir, dapat dikalahkan oleh Bali United, bobotoh mulai panik, karena Persib sebelumnya 4 kali bermain seri, setelah Persib benar-benar hancur 2-0 oleh Bhayangkara FC, tekanan sangat kuat kepada Djanur dan Umuh untuk mengundurkan diri dari tim. Bagaimana tidak, dari semua strategi yang diterapkan Djanur, semua memiliki patern bahkan pemain yang sama. Permainan Persib seperti ini sudah usang dan diketahui oleh tim-tim lain.
Djanur pada setiap konferensi pers, selalu membedakan pertandingan Home and Away, ini yang merusak mental pemain, tim sekelas Persib, setiap pertandingan adalah Home dan setiap pertandingan adalah final.
Keharusan regulasi U-22 itu sebenarnya sebuah kekuatan, Persib mampu menekan lawan dengan para pemain muda, Djanur belum pernah mencoba menduetkan di depan Van Dijk dan Cole, tiga gelandang muda Agung, Zola dan Febri , satu gelandang senior Hariono, empat bek senior Supardi, Vlado, Jupe dan Tony. Kenapa pemain belakang harus senior? Karena mental mereka lebih matang untuk menahan serangan lawan di menit-menit awal.
Nah ini strategi yang belum pernah di coba Djanur, yang pada patern biasanya, setiap lini memiliki kekurangan, terutama Djanur selalu menempatkan pemain, bukan pada posisi idealnya. Saya yakin Djanur bisa mengeksploitasi kedalam tim, dan ini tidak boleh ada Intervensi dari pihak lain. Namun saat ini Persib harus di tangani oleh Pelatih yang sangat jeli dan kaya inovasi, karena Kompetisi kali ini Persib menemukan lawan-lawan yang fantastis.
pic by google