Memang hanya sekitar 20 persen tim yang menang di kandang lawan, dan mereka adalah tim yang kuat dan berada pada peringkat atas ranking fifa, namun juga tak sedikit tim kecil yang menahan tim-tim besar, namun Tim Nasional kita berada bukan pada kedua kelompok tim yang berhasil pada pertandingan kualifikasi kemarin. Indonesia menelan kekalahan 0-3 dari tim tuan rumah Iran.
Ada beberapa hal yang perlu di simak, ternyata pelatih Wim Risjbergen menggunakan formasi 4-4-1-1 yang cenderung bertahan dan mengandalkan serangan balik. Ini mungkin satu lagi strategi yang kurang pas yang di terapkan terhadap tim, pola bertahan dengan mengandalkan serangan balik, tim harus memiliki skil bermain yang baik, passing cepat dan akurat dan metalitas yang kuat. Wim kurang jeli melihat potensi pemain, terlihat tidak adanya komunikasi yang sinergis didalam tim, pola bertahan yang di terapkan pada babak 1 memang berhasil, karena pelatih iran belum menemukan kelemahan timnas kita, namun setelah babak 2, mantan pelatih Potugal tersebut berhasil menemukan kelemahan tim kita, mereka sengaja terus menerus menusuk di kedua sayap, memeras tenaga dan konsetrasi wing back kita, setelah kehilangan konsentrasi, maka pemain akan melakukan pelanggaran yang membuahkan tendangan bebas, dan itu menciptakan peluang bagi Iran untuk mencetak gol. Hampir sepanjang pertadingan Pelatih Iran terus memberikan intruksi bahkan hanya untuk memilih siapa yang melemparkan bola ( throw in ). Berbanding terbalik dengan Wim yang terlihat beberapa saat memberikan intruksi dan kembali menulis catatannya.
Mungkin pelatih Wim lebih tahu, jika Iran pada babak kedua akan melakukan serangan yang lebih sporadis, namun lagi-lagi strategi bertahan menjadi option yang diterapkan pada babak ke dua. Setelah 2 gol berasarang di gawang Markus Haris Maulana, Wim mulai mempertajam penyerangan dan itu sudah terlambat, Seharusnya Irfan Bachdim mengganti Zulkifli sejak awal babak ke dua karena dia selalu melakukan kesalahan sepanjang pertandingan. Mungkin pada pertandingan Selasa nanti lebih baik pemain yang bertipikal menyerang yang dimainkan terlebih dahulu.
Miris sekali melihat Bambang Pamungkas hanya seorang diri di daerah lawan sehingga kerap kali bola-bola yang disodorkan kepadanya mudah di rebut oleh tim Iran. Lagi-lagi polemik ketidakhadiran Boaz Salosa yang menjadi harapan tim untuk berbicara di pertandingan tersebut menjadi pupus, Kali ini kita melihat pelatih Belanda yang menerapkan strategi bertahan setelah kegagalan belanda pada final piala dunia yang lalu, strategi benar-benar membentuk mentalitas tim, akankah membentuk tim pemenang atau hanya bertahan mengaharapkan tim lawan melakukan kesalahan.Dan permainan bertahan pun pernah berhasil digunakan Yunani pada final piala eropa yang lampau, namun kegagalan pada kompetisi berikutnya, membuat tim Yunani meninggalkan strategi tersebut. Kini pada pertandingan kemarin Yunani menekuk tim tuan rumah Israel dengan strategi menyerangnya.
Namun saya yakin, jika Bustomi dan Boaz bisa kembali, tak ada yang tidak mungkin, dengan strategi menyerang pada setiap pertandingan yang di hadapi, mentalitas berada di Pangung Piala Dunia tidak akan mustahil, Konsentrasi, kerja keras, permainan cepat, lawan akan benar-benar memperhitungkan kekuatan kita.Semoga evaluasi tim oleh jajaran pelatih kedepan akan menjadikan tim Menjadi lebih baik, dan Coach Wim tidak akan diam saja, kita harap dia akan mempersiapkan strategi menyerang yang impresif di pertandingan melawan Bahrain nanti.
Tags:
olahraga