Direktur teknik PSSI sekaligus pelatih timnas Indonesia Pieter Huistra mulai frustrasi dengan kondisi persepakbolaan nasional yang tidak menunjukkan tanda adanya perdamaian antara pemerintah dan PSSI.
Indonesia dijatuhkan sanksi suspensi pada akhir Mei 2015, dan hingga empat bulan berselang belum ada tanda-tanda sanksi tersebut dicabut. Sejumlah negara Asia, seperti Irak, Kuwait, dan lainnya juga pernah mendapatkan sanksi dari FIFA, tapi tidak berlangsung lama.
Hingga saat ini, pemerintah masih belum membuka pintu untuk melakukan dialog dengan PSSI. Kondisi itu membuat Huistra merasa geram, dan mempertanyakan sikap keras kepala yang diperlihatkan pemerintah.
“Sepertinya tidak akan ada penyelesaian dalam waktu dekat. Ada dua pihak yang terlibat, dan yang paling berperan dengan semua kondisi ini adalah pemerintah Indonesia. FIFA hanya bereaksi terhadap hal itu, dan tidak bisa berbuat apa-apa jika pemerintah melakukan intervensi, yang ada hanya suspensi,” cetus Huistra kepada FourFourTwo.
“Masyarakat sudah seharusnya menyalahakan pemerintah, karena mereka penyebab semua ini. Sejauh yang saya tahu, tidak ada koneksi antara FIFA dan pemerintah. Kondisi ini bisa diselesaikan bila pemerintah mau berdialog. Anda harus bertanya, mengapa mereka tidak mau berdialog.”
Huistra menambahkan, ia tidak setuju dengan pernyataan Presiden RI Joko Widodo yang mengatakan tidak masalah Indonesia dikeluarkan dari FIFA. Menurutnya, jika itu terjadi, maka dampak buruk akan lebih meluas.
“Dia bahkan dalam pidatonya mengatakan bukan hal yang buruk jika keluar dari FIFA. Saya sangat tidak setuju. Itu sangat buruk bagi pengembangan pemain muda, dan pesepakbola profesional. Itu akan memberikan dampak ke seluruh industri,” ujar Huistra.
“Klub menghentikan gaji pemain, serta pemain dan keluargannya yang mendapatkan dampak penuh. Mereka menjadi penanggung beban terbesar dan menderita, seperti halnya ribuan orang yang bekerja di klub, wasit, pelatih.”
Belakangan ini sejumlah turnamen digelar, seperti Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden. Namun Huistra menganggap itu tidak menyelesaikan permasalahan, karena tidak semua pemain dan klub ambil bagian.
“Itu [turnamen] bagus untuk para pemain. Tapi kita tidak boleh lupa kepada pemain yang tidak ikut, dan klub-klub yang tak berpartisipasi. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini [turnamen] selesai,” kata Huistra.
source by goal.com